Puisi yang bersaksi


pagi menuliskan namamu
di dadaku dengan cantik, sebagai setangkai lily;
untuk kumekarkan di selembar kertas putih.

maka kutuliskan saja semua untukmu
seperti harum cuaca kala embun dikecup cahaya pertama
kangen ini, mekar di udara sebagai bunga.

lalu kubayangkan diri aku menjelma seekor rama
                                                      di taman rumahmu
saat kaubuka jendela, akulah yang saban pagi
                                                      jatuh cinta kepada matamu.

dan kala bulan tak lelah terjaga untuk menemani mimpimu,
kubayangkan diri aku menjelma seekor kunang-kunang
yang kepak sayangnya menyalakan malam-malammu.

maka kutuliskan saja semua
sebab seperti katamu, selembar sajak yang sederhana
lebih mudah membuatmu tersenyum bahagia.

kutulis sajak cinta untukmu
                                             sebagai mata jendela
akan ada yang hangat menyambut pagimu
kala kali pertama kaubuka mata.

jika di jantungmu; kebahagiaan dan kebaikan telah mekar
kau akan tahu, aku telah menjadi
                                        embun, juga mawar segar
bagi segala musim yang mengakar.

dan jika di tubuhku; kebahagiaan adalah
                                        sekuntum mawar segar
hanya di pelukan musim semimu
ia akan tumbuh dan mekar.

kutulis sajak cinta untukmu
sebagai segala yang kau cintai;
                          harapan, mimpi-mimpi
dengan langit yang tak hanya menyediakan pagi.

sampai langit memucat, juga segala yang sebentar lagi layu
aku masih mencintaimu
sebagai sesuatu yang dirawat waktu.

sebab akan tiba,
                   malam: bulan sepucat mayat
dan selembar sajak, menjelma kuburan lain
bagi tubuh yang menanggung duka.

maka tetaplah bersamaku;
cintai aku bagai sepasang jarum jam
                                   bagai pagi menuju kelam
apapun -- yang tak mendustakan waktu.

kekasihku
jika sudah kaubaca sajak ini
ingatlah aku sebagai api yang bersaksi kepada kayu;
"aku tak mau padam, sebelum kesedihanmu -- jadi abu"

                               karena aku tak pernah menyerah
                                                                mencintaimu

0 comments:

Dí lo que piensas...